Kamis, 03 Februari 2011

PUISI KEMATIAN

Pada suatu masa yang ditetapkan...
Kita pasti dirisik..
Pertunangan sejak azali..
Di ujung hidup nanti..

Berlangsungnya perkawinanmu dengan maut..
antaran..sakit dan nazak..
Tamu bertandang menghadiahkan sesak tangis..
Pengantin dimandikan..

Dipakaikan baju cantik putih..
Wangian gaharu dan cendana..
Keranda jadi pelaminan..
Pengantin bersanding sendirian..

Di arak keliling kampung..
Berkompangkan azan dan kalimat suci..
Akad nikahnya bacaan talkin..
Berwalikan liang lahat..

Menjadi saksi batu nisan..
Siraman air mawar..
Keluarga terdekat menabur bunga..
Tiba masa pengantin..

Menunggu sendirian..
Malam pertama bersama KEKASIH..
Di kamar bertilamkan tanah..
Dan Dia menuntut janji..

Sucikah kita tatkala berpadu..
Pernahkah taubat sepanjang hayat..
Atau terkubur bersama dosa-dosa...
Dan Dia Kekasih itu..
Menetapkanmu ke syurga..
Atau melemparkan dirimu ke neraka

Aku Dimakamkan Hari Ini


Perlahan, tubuhku ditutup tanah,
perlahan, semua pergi meninggalkanku,

masih terjelas langkah-langkah terakhir mereka
aku sendirian, di tempat gelap yang tak pernah terbayang
sendiri menunggu keputusan

Menyesal sudah tak mungkin,
tobat tak lagi dianggap,
dan maafpun tak bakal didengar,
aku benar-benar harus sendiri

Tuhanku,
Jika kau beri akau satu lagi kesempatan,
Jika kau pinjamkan lagi beberapa hari milik-Mu
beberapa hari saja…
aku harus berkeliling memohon maaf pada mereka
yang selama ini telah merasakan zalimku,
yang selama ini sengsara karena aku,
yang tertindas dalam kuasaku,
yang selama ini telah kusakiti hatinya,
yang selama ini telah aku bohongi

begitu sesal diri ini
karena hari-hari telah berlalu tanpa makna
penuh kesia-siaan

Aku dimakamkan hari ini
dan semua menjadi tak termaafkan,
dan semua menjadi tak terlambat,
dan aku harus sendiri,
untuk waktu yang tak terbayangkan

MAAFKAN KEMATIANKU



Aku tak pernah bermimpi menjadi rumput di jidatmu
bahkan sampai telaga itu menyuarakan gerimis bising
aku tersungkur di ujung belatiku sendiri
membelah kelamin ketika resah mulai beku

andai kau temukan darah di tepi jasadku
mungkin hanya aroma tulang yang membusuk
saat lelahku telah tergadai...
dengan sejuta tawa
yang selalu saja menjadi buliran senja
termangu...
menunggu tanah yang ingin menelanku mentah-mentah

maafkan kematianku
yang menjepit nafasmu hingga sesak
hingga lepas sejuta gairah tanpa bahasa

aku hanya penari laknat
saat kau puja dengan darah
yang kau gorokkan di sela kelingkingku yang lentik

Maafkan kematianku
yang hanya menyisakan gerimis
ketika mimpi kita hanya sebuah jeda
tentang hasrat bisu..
tentang kalimat yang tak mampu terurai dalam gelisah

tarianku adalah kemunafikan dari abjad maya
tentang laut... tentang buih..
tentang dosa dalam pelir karang
yang ringkih...

Tarianku adalah
keterpesonaan tentang vodka biru...
yang kau tuangkan lewat kata tak terbaca..

Puisi Kematianku

Kekasih…

Suatu ketika aku akan wafat…
Menyandang bulu dan sayap laksana malaikat
Dan akan segera ku akhiri cerita
Saat sisa nafasku berhenti dibatas waktu…

Bila tiba saat kupergi…
Jangan ada derai air mata kedukaan
Karna ratapmu akan patahkan sayapku

Kepergiaanku menempuh puncak impian,
Ketika sang utusan merengkuh jiwa ini.
Hapuslah air matamu…
Meski terus kau percikan duka atas kepergianku,
Aku tak akan pernah kembali,
Dan sungguh tak ingin kembali.

Biarlah jiwaku tenang berlalu…
Dalam dekapan hangat sayap malaikat
Merengguk anggur kebebasan semu
Diantara setumpuk timbangan perbuatanku

Aku berharap…
Jasad matiku kau balut dengan senyum
Benamkan kebalik tanah penuh ketulusan
Iringi kepergianku dengan doa
Mungkin itu akan meringankan bebanku

Biarlah pusara ini menjadi saksi…
Bahwa aku pernah mengembara melintasi lembah mimpi
Sekejap tersenyum merengguk manisnya dosa duniawi
Yang kini tinggal belulang membujur kaku ditengah sepi…
Akan kunanti dirimu didepan gerbang keabadian…
Mungkin dalam penantian ini…
Masih ada celah
Tuk wujudkan dahaga rindu ditelaga cinta…

IKUTI TERUS BLOG INI!!!